Kata ini pasti tidak asing lagi terdengar di teliga
kita, seperti lyric lagu Agnes Monica, “Janji-janji yang kau beri, Janji-janji
yang kau beri.” begitulah yang terjadi dengan pemimpin-pemimpin kita dijaman
sekarang. Semuanya egois, mementingkan diri sendiri, dan memakan hak-hak rakyat
yang bukan haknya. Tidak sesuai dengan janji awal sebelum dia diangkat atau
dimasa-masa kampanyenya. Setelah naik menjadi wakil rakyat, sifat koruptor pun
timbul akhirnya korupsi merajalela. Bisa dibilang seribu satu wakil rakyat yang
tidak korupsi, dari korupsi waktu hingga ke hal-hal lain yang lebih tinggi.
Sekarang kita lihat di mana-mana terpampang
wajah-wajah calon wakil rakyat yang ingin menjadi penganti wakil rakyat yang
sekarang. Mereka semua pasti mengumbar seribu janji kepada masyarakat. “Jika
saya naik, saya akan perbaiki jalan ini, berobat gratis, dan bla bla bla….”
Begitulah kalimat-kalimat yang seringkali keluar dari mulut mereka, apakah
janji yang mereka ucapkan itu nanti akan dipenuhi. Ya… kita lihat saja
kedepannya, begitu juga dengan janji-janji orang terdahulu mereka, setelah
dipilih dan diangkat, kata-kata janji yang keluar dari mulut mereka seakan
sirnah, musnah ditelan bumi. Memang sepertinya semua orang pernah pernah
melakukan kesalahan, terutama berbohong dan sebagian besar orang pernah
melakukan korupsi kecil-kecilan. Menggunakan sarana kantor untuk keperluan
sendiri, bolos kerja, terlambat mengajar, dan sebagainya, itu sebenarnya
korupsi juga. Namun, korupsi berkelompok, besar-besaran, sangat tersusun dengan
rapi, direkayasa dan ditutupi bersama-sama, sesuatu yang beberapa waktu terakhir
terus diberitakan media televisi, media cetak dan sebagainya, merupakan sesuatu
yang sangat sulit dibayangkan oleh sebagian besar masyarakat awam.
Sekarang coba kita masuk dan melihat bagian
daerah-daerah, seperti di tempat asalku, di kabupaten sanggau. Dari pertama aku
membuka mata dan lahir ke dunia, hingga umurku sudah kepala dua, jalan daerahku
sama sekali tidak ada perubahan, tidak pernah diperhatikan oleh para wakil-wakil
rakyat, janji hanya sekedar janji, tapi tidak pernah dipenuhi, jalan di daerahku
malahan semakin berubah menuju kehancuran dan kehancuran. Para pemimpin di
daerahku semuanya egois, mementingkan diri sendiri, memakan hak-hak rakyat yang
bukan merupakan hak pribadinya. Sampai kapan negeri ini seperti ini, kapankah
saatnya para koruptor-koruptor itu semuanya mati. Timbul beberapa pertannyaan
untuk para petinggi, “kemana duit pajak kami selama ini, jika ada kenapa jalan
kami tidak diperbaiki, ataukah duit pajak kami kalian makan sendiri. Jika begitu, kami do’akan kalian cepat mati.
Biar tidak ada lagi yang namanya korupsi”. Kata-kata seperti tiulah yang ingin
kami lotarkan ke telinga-telinga para petinggi. Karna hal-hal itulah
warga-warga di daerah kami jadi jarang membayar pajak, terutama pajak kendaraan
bermotor. Buat apa membayar pajak, toh duit hasil dari pembayaran pajak untuk
pembagunan daerah kami terutama untuk jalan tidak pernah kami nikmati sampai
sekarang.
Selain para koruptor dan pegumbar janji, para
petinggi-petinggi negeri ini juga tidak adil. Kenapa tidak adil? jelas sekali kita
melihat pembagunan di kota semakin pesat, jalan-jalan yang masih sanggat bagus
dan sangat layak ditebalkan lagi, ditambah lagi aspalnya. Coba kita lihat di
kampong-kampung, jalan yang rusak dibiarkan rusak, semakin hari semakin hancur,
tidak dilirik sama sekali oleh para petingi. Contohnya saja jalan di kampung
asal saya, ketika pulang kampung saya melihat dan melintasi jalan kota
enak-enak saja, tapi pas sudah mau masuk daerah kampong saya, mengendarai motor
rasanya seperti mengendarai kuda. Lubang-lubang di tegah jalan sudah bias
dijadikan kolam untuk budidaya ikan lele. Entah dimana keadilan di negeri ini,
kenapa di daerah kota diperhatikan, tetatpi daerah-daerah kampung diabaikan,.
Bukankah semuanya sama, sama-sama berhak, sama-sama membayar pajak, dan
semuanya warga Negara Indonesia juga, kenapa malah dibeda-bedakan. Masih
syukur Kecamatan Sekayam kabupaten
sanggau, cuma minta pemekaran menjadi kabupaten, coba kalau minta terpecah
Indonesia gara-gara tidak adilnya pembagunan, pemberdayaan sumber daya alam dan
manusia di daerah sekayam, bisa berabeh Indonesia. Mungkin dengan berdirinya
kabupaten sendiri, pembagunan di kampung-kampung di daerah sekayam bisa menjadi
agak pesat dari sebelumnya, jalan-jalan mungkin diperhatikan oleh pemerintah
daerah, demi kenyamanan akses berlalu lintas. Sumberdaya alamnya bisa di
manfaatkan atau dip roses sendiri oleh daerah. Jika tidak seperti itu, entah
sampai kapan jalan daerah sekayam ini diperbaiki. Dan entah sampai kapan
kecamatan sekayam ini akan berkembang mengikuti kota-kota yang ada di
Indonesia.
Berbicara masalah korupsi memang tidak ada habisnya,
karna di Negara Indonesia ini, sifat koruptor memang sudah mendarah daging.
Wajar jika Negara ini di juluki dengan Negara korupsi nomer tiga terbesar di dunia. Kita lihat saja di
media-media, hamper ditiap hari membahas kasus kurupsi dan korupsi. Entah
sampai kapan bisa berakhir dan siapakah yang bisa mencegah kasus yang bernama
korupsi. Kita semua berdo’a saja semoga ada yang bisa menghentikan kasus yang
sanggat merugikan orang banyak, menyengsarakan rakyat, dan menjerumuskan si
pelaku ke dalam neraka yang bernama korupsi ini bisa musnah dari Indonesia
bahkan hingga di dunia ini. Supaya janji yang terucap di bibir para wakil
rakyat bukan sekedar janji lagi, dan supaya uang yang sudah menjadi agaran
untuk pembagunan daerah-daerah bisa digunakan semaksimal mungkin, supaya bisa
mensejahterakan rakyat, bersikap adil dengan rakyat, dan bisa membagun
daerah-daerah kecil bukan hanya membagun daerah-daerah perkotaan saja. Harapan
kami semua, mudah-mudahan pemerintah sadar atas perlakauan kepada rakyat, dan mudah-mudahan calon peganti wakil
rakyat berikutnya bisa lebih efektif dari yang memimpin sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar