Rabu, 12 Maret 2014

Janji Seribu Janji Para Calon Wakil Rakyat



Kata ini pasti tidak asing lagi terdengar di teliga kita, seperti lyric lagu Agnes Monica, “Janji-janji yang kau beri, Janji-janji yang kau beri.” begitulah yang terjadi dengan pemimpin-pemimpin kita dijaman sekarang. Semuanya egois, mementingkan diri sendiri, dan memakan hak-hak rakyat yang bukan haknya. Tidak sesuai dengan janji awal sebelum dia diangkat atau dimasa-masa kampanyenya. Setelah naik menjadi wakil rakyat, sifat koruptor pun timbul akhirnya korupsi merajalela. Bisa dibilang seribu satu wakil rakyat yang tidak korupsi, dari korupsi waktu hingga ke hal-hal lain yang lebih tinggi.
Sekarang kita lihat di mana-mana terpampang wajah-wajah calon wakil rakyat yang ingin menjadi penganti wakil rakyat yang sekarang. Mereka semua pasti mengumbar seribu janji kepada masyarakat. “Jika saya naik, saya akan perbaiki jalan ini, berobat gratis, dan bla bla bla….” Begitulah kalimat-kalimat yang seringkali keluar dari mulut mereka, apakah janji yang mereka ucapkan itu nanti akan dipenuhi. Ya… kita lihat saja kedepannya, begitu juga dengan janji-janji orang terdahulu mereka, setelah dipilih dan diangkat, kata-kata janji yang keluar dari mulut mereka seakan sirnah, musnah ditelan bumi. Memang sepertinya semua orang pernah pernah melakukan kesalahan, terutama berbohong dan sebagian besar orang pernah melakukan korupsi kecil-kecilan. Menggunakan sarana kantor untuk keperluan sendiri, bolos kerja, terlambat mengajar, dan sebagainya, itu sebenarnya korupsi juga. Namun, korupsi berkelompok, besar-besaran, sangat tersusun dengan rapi, direkayasa dan ditutupi bersama-sama, sesuatu yang beberapa waktu terakhir terus diberitakan media televisi, media cetak dan sebagainya, merupakan sesuatu yang sangat sulit dibayangkan oleh sebagian besar masyarakat awam. 
Sekarang coba kita masuk dan melihat bagian daerah-daerah, seperti di tempat asalku, di kabupaten sanggau. Dari pertama aku membuka mata dan lahir ke dunia, hingga umurku sudah kepala dua, jalan daerahku sama sekali tidak ada perubahan, tidak pernah diperhatikan oleh para wakil-wakil rakyat, janji hanya sekedar janji, tapi tidak pernah dipenuhi, jalan di daerahku malahan semakin berubah menuju kehancuran dan kehancuran. Para pemimpin di daerahku semuanya egois, mementingkan diri sendiri, memakan hak-hak rakyat yang bukan merupakan hak pribadinya. Sampai kapan negeri ini seperti ini, kapankah saatnya para koruptor-koruptor itu semuanya mati. Timbul beberapa pertannyaan untuk para petinggi, “kemana duit pajak kami selama ini, jika ada kenapa jalan kami tidak diperbaiki, ataukah duit pajak kami kalian makan sendiri.  Jika begitu, kami do’akan kalian cepat mati. Biar tidak ada lagi yang namanya korupsi”. Kata-kata seperti tiulah yang ingin kami lotarkan ke telinga-telinga para petinggi. Karna hal-hal itulah warga-warga di daerah kami jadi jarang membayar pajak, terutama pajak kendaraan bermotor. Buat apa membayar pajak, toh duit hasil dari pembayaran pajak untuk pembagunan daerah kami terutama untuk jalan tidak pernah kami nikmati sampai sekarang.
Selain para koruptor dan pegumbar janji, para petinggi-petinggi negeri ini juga tidak adil. Kenapa tidak adil? jelas sekali kita melihat pembagunan di kota semakin pesat, jalan-jalan yang masih sanggat bagus dan sangat layak ditebalkan lagi, ditambah lagi aspalnya. Coba kita lihat di kampong-kampung, jalan yang rusak dibiarkan rusak, semakin hari semakin hancur, tidak dilirik sama sekali oleh para petingi. Contohnya saja jalan di kampung asal saya, ketika pulang kampung saya melihat dan melintasi jalan kota enak-enak saja, tapi pas sudah mau masuk daerah kampong saya, mengendarai motor rasanya seperti mengendarai kuda. Lubang-lubang di tegah jalan sudah bias dijadikan kolam untuk budidaya ikan lele. Entah dimana keadilan di negeri ini, kenapa di daerah kota diperhatikan, tetatpi daerah-daerah kampung diabaikan,. Bukankah semuanya sama, sama-sama berhak, sama-sama membayar pajak, dan semuanya warga Negara Indonesia juga, kenapa malah dibeda-bedakan. Masih syukur  Kecamatan Sekayam kabupaten sanggau, cuma minta pemekaran menjadi kabupaten, coba kalau minta terpecah Indonesia gara-gara tidak adilnya pembagunan, pemberdayaan sumber daya alam dan manusia di daerah sekayam, bisa berabeh Indonesia. Mungkin dengan berdirinya kabupaten sendiri, pembagunan di kampung-kampung di daerah sekayam bisa menjadi agak pesat dari sebelumnya, jalan-jalan mungkin diperhatikan oleh pemerintah daerah, demi kenyamanan akses berlalu lintas. Sumberdaya alamnya bisa di manfaatkan atau dip roses sendiri oleh daerah. Jika tidak seperti itu, entah sampai kapan jalan daerah sekayam ini diperbaiki. Dan entah sampai kapan kecamatan sekayam ini akan berkembang mengikuti kota-kota yang ada di Indonesia.
Berbicara masalah korupsi memang tidak ada habisnya, karna di Negara Indonesia ini, sifat koruptor memang sudah mendarah daging. Wajar jika Negara ini di juluki dengan Negara korupsi nomer  tiga terbesar di dunia. Kita lihat saja di media-media, hamper ditiap hari membahas kasus kurupsi dan korupsi. Entah sampai kapan bisa berakhir dan siapakah yang bisa mencegah kasus yang bernama korupsi. Kita semua berdo’a saja semoga ada yang bisa menghentikan kasus yang sanggat merugikan orang banyak, menyengsarakan rakyat, dan menjerumuskan si pelaku ke dalam neraka yang bernama korupsi ini bisa musnah dari Indonesia bahkan hingga di dunia ini. Supaya janji yang terucap di bibir para wakil rakyat bukan sekedar janji lagi, dan supaya uang yang sudah menjadi agaran untuk pembagunan daerah-daerah bisa digunakan semaksimal mungkin, supaya bisa mensejahterakan rakyat, bersikap adil dengan rakyat, dan bisa membagun daerah-daerah kecil bukan hanya membagun daerah-daerah perkotaan saja. Harapan kami semua, mudah-mudahan pemerintah sadar atas perlakauan kepada  rakyat, dan mudah-mudahan calon peganti wakil rakyat berikutnya bisa lebih efektif dari yang memimpin sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar